Sunday, February 6, 2011

Pendidikan Keraton


Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Sejak manusia lahir sampai manusia itu masuk ke liang lahat maka manusia akan terus belajar/ mendapatkan pendidikan. Pendidikan tak selamanya harus dari lembaga-lembaga pendidikan formal, namun pendidikan dapat kita dapatkan di lembaga pendidikan nonformal yaitu kehidupan ini sendiri. Namun, sayangnya tidak semua orang mengerti bahwa sebenarnya banyak hal yang dapat kita pelajari dalam kehidupan ini, untuk itulah dibangun dan dirikan berbagai macam lembaga pendidikan untuk memudahkan kita untuk belajar dari fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan ini, baik fenomena alam maupun fenomena sosial. Dengan adanya kemampuan memahami fenomena-fenomena tersebut diharapkan manusia dapat menjadi manusia yang berkualitas sehingga dapat menyelesaikan berbagai masalah kehidupan yang muncul.
Pentingnya akan pendidikan ini disadari betul oleh kalangan bangsawan dalam hal ini adalah kalangan kerabat keraton. Pada umumnya kalangan bangsawan sangat memperhatikan betul pendidikan anak-anaknya. Mengapa demikian? Karena mereka mempersiapkan anak-anaknya itu untuk menjadi pemimpin-pemimpin masa depan menggantikan orang tuanya. Dengan pendidikan yang baik diharapkan anak-anaknya tersebut dapat menjadi pemimpin yang mampu menjawab dan menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang muncul dalam kehidupan bermasyarakat dan dapat mengayomi seluruh warga masyarakat.
Dalam hal pendidikan ini, kalangan keraton mempunyai cara tersendiri dalam mendidik anak-anaknya. Yang pertama, pendidikan tentang adat istiadat. Seperti yang kita tahu bahwa kalangan keraton mempunyai adat istiadat yang berbeda dengan masyarakat biasa. Adat-istiadat itu misalnya cara makan, cara berbicara dengan orang lain, cara bergaul dengan yang lebih tua dan lain-lain. Untuk memberikan pendidikan adat istiadat ini mereka lakukan dengan pendidikan keteladanan. Maksudnya orang tua memberikan contoh dan melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Yang kedua, untuk belajar tentang nilai-nilai kehidupan dan kebijaksanaan seorang anak tidak disodorkan segebok buku, namun mereka disuguhi dan diajarkan lagu-lagu yang indah namun sarat makna. Kalau dalam lagu-lagu jawa lagu-lagu yang sarat makna itu terdapat pada tembang macapat. Dengan cara demikian maka anak tidak merasa sedang belajar namun sedang bernyanyi gembira sehingga tidak jenuh dan membosankan.
Yang ketiga, pendididikan dilakukan dengan permainan. Permainan yang dilakukan biasanya berupa permainan kelompok yang untuk menang diperlukan strategi dan pembagian tugas yang jelas. Permainan seperti ini dimaksudkan agar anak-anak belajar untuk dapat bekerjasama orang lain, mengalahkan ego masing-masing, berlatih berfikir untuk bagaimana memperoleh kemenangan dan belajar bekerja sesuai dengan peran dan posisi yang telah ditetapkan. Dengan perndidikan seperti itu diharapkan kelak anak tersebut bisa menjadi pemimpin yang bijaksana, tidak egois dan bisa bekerjasama dengan dengan orang lain, bisa menyelesaikan permasalahan yang muncul dalam kehidupan masyarakat dan dapat menjalankan peran sesuai dengan jabatan yang dipegangnya.
Yang keempat, biasanya mereka belajar kepada guru yang terbaik. Tidak dipungkiri lagi bahwa guru berperan penting dalam keberhasilan pendidikan anak. Kalau dalam bahasa jawa guru = digugu lan ditiru,yang artinya bahwa guru itu dipercaya dan diikuti. Maksudnya seorang guru merupakan teladan bagi murid-muridnya. Untuk mendapatkan guru yang terbaik ini, mereka tidak mengenal batas ruang dan waktu. Demi keberhasilan pendidikan ananknya orang tua rela mengirim anaknya ke luar kerajaan meski tempatnya sangat amat jauh sekalipun.
Yang kelima, untuk belajar kehidupan yang sesungguhnya mereka pun merelakan anak-anaknya untuk berkelana/ berpetualang. Dengan petualangan tersebut diharapkan anak tersebut dapat memahami permasalahan masyarakat yang sesungguhnya sehingga dapat menjawab dan memberikan kebijakan yang tepat.

No comments:

Post a Comment