Monday, January 31, 2011

Astronom Temukan Galaksi Tertua di Alam Semesta

SANTA CRUZ (Berita SuaraMedia) - Teleskop ruang angkasa Hubble telah mendeteksi sebuah galaksi baru. Ahli astronomi mengklaim telah menemukan galaksi, yang diyakini terbentuk ketika alam semesta masih 'balita'.

Galaksi ini merupakan galaksi tertua yang pernah terdeteksi. Ukurannya yang kecil juga berpotensi menyimpan petunjuk bagaimana bintang terbentuk saat alam semesta masih berusia muda.

Setitik cahaya kecil dari galaksi itu yang berhasil ditangkap oleh telescop Hubble yang mengorbit di Bumi membutuhkan 13,2 ribu juta tahun untuk mencapai Bumi. Artinya, galaksi tersebut hadir sekitar 480 juta tahun setelah Big Bang terjadi.

Meski terdapat kemungkinan bahwa masih ada galaksi lain yang lebih tua dibanding galaksi yang baru ditemukan ini, akan tetapi, menurut para astronom, ia hanya bisa dideteksi oleh sensor generasi mendatang yang akan hadir di teleskop penerus Hubble.

“Kita sudah semakin dekat untuk mendapati galaksi pertama yang diperkirakan terbentuk 200 sampai 300 juta tahun setelah Big Bang,” kata Garth Illingworth, profesor astronomi dan astrofisika dari University of California, Amerika Serikat. Galaksi ini, kata Illingworth, seperti diberitakan dari Cosmosmagazine, 27 Januari 2010, berusia jauh lebih tua dibanding galaksi yang sudah ditemukan sebelumnya.

Namun meski berusia cukup tua galaksi ini berukuran jauh lebih kecil dibandingkan galaksi-galaksi yang terbentuk setelahnya. Bima Sakti sendiri memiliki ukuran seribu kali lebih besar.

“Kami menghabiskan waktu uji coba selama berbulan-bulan untuk memastikan. Kini kami cukup yakin bahwa inilah galaksi tertua yang pernah ditemukan,” kata Illingworth.

“Jika dibandingkan dengan galaksi Bima Sakti kita, ukuran galaksi ini 100 kali lebih kecil,” ucapnya.

Sama seperti pesatnya jumlah bintang yang ditemukan, demikian pula dengan jumlah galaksi. Fakta ini mendukung teori bahwa terbentuknya galaksi ditempa oleh daya tarik gravitasi oleh apa yang disebut dengan dark matter.

Sebagai informasi, astronom mengukur usia bintang menggunakan apa yang disebut dengan redshift. Semakin jauh sinar tersebut berjalan, semakin panjang dan semakin merah menjadi panjang gelombangnya.

Angka redshift yang tinggi mengindikasikan bahwa objek yang memancarkan sinar tersebut berusia tua karena cahaya yang dipancarkan telah menempuh miliaran tahun cahaya untuk tiba di bumi, setelah melewati alam semesta yang terus meluas.

Adapun galaksi yang baru ditemukan itu, yakni UDFj-39546824, ditemukan di sebuah sektor langit berukuran seujung jari yang disebut Hubble Ultra-Deep Field. Ia ditemukan saat Hubble melakukan pemindaian selama 87 jam pada tahun 2009 dan 2010 lalu.

Setelah ditemukan, astronom kemudian menghitung redshift yang ada dan nilainya mencapai 10,3. Galaksi tertua yang ditemukan Oktober lalu oleh sekelompok astronom internasional hanya memiliki nilai redshift sebesar 8,6.

Temuan galaksi baru ini dimungkinkan oleh Wide Field Camera 3 yang dipasang di Hubble Space Telescope oleh astronot NASA pada Mei lalu. Kamera baru itu mendongkrak kemampuan Hubble setidaknya 30 persen dibanding sebelumnya.

Akan tetapi, kemampuan menangkap redshift hingga 10,3 tampaknya merupakan batas maksimal. Untuk menangkap redshift lebih dari itu, astronom tampaknya membutuhkan James Webb Space Telescop yang baru akan diluncurkan NASA pada 2014 mendatang. (ar/vs/ok) www.suaramedia.com

Dahsyat!! Asteroid Sebesar Kapal Titanic Hantam Planet Jupiter

NEW SOUTH WALES (Berita SuaraMedia) - Seorang astronom amatir asal Australia menjumpai fenomena aneh di permukaan Jupiter saat melakukan observasi pada 19 Juli 2009 lalu. Dengan teleskop yang ada di kediamannya di New South Wales, Australia, ia melihat adanya bintik yang berukuran sangat besar. Penasaran dengan sebab munculnya bintik hitam raksasa itu, Anthony Wesley si astronom amatir menghubungi NASA dan memaparkan yang terjadi. Penelitian astronomi yang dipublikasikan di Jurnal Icarus bulan ini menjawab rasa penasaran Wesley.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Glenn Orton, astronom di Jet Propulsion Laboratory NASA, bintik hitam raksasa itu disebabkan hantaman asteroid. Diketahui, asteroid yang menghantam berukuran setara dengan kapal Titanic atau sekitar 500 meter.
Bintik hitamnya sendiri sebenarnya bukanlah area yang berukuran kecil. Astronom mengungkapkan, bintik hitam itu sebenarnya memiliki luas hampir sama dengan Samudra Pasifik. Bintik itu, menurut ilmuwan, adalah semacam lubang di Jupiter.
Astronom mengungkapkan, ini adalah kali pertama menjumpai Jupiter dihantam oleh sebuah asteroid. Sebelumnya, astronom hanya melihat Jupiter "diserang" oleh komet. Orton mengungkapkan, peristiwa ini membuktikan bahwa tata surya sangat dinamis dan penuh kejutan.
"Fakta hantaman terjadi serta implikasi yang ternyata merupakan asteroid dan bukan komet menunjukkan, tata surya sangat kompleks, kejam, dan merupakan wilayah yang dinamis. Banyak kejutan di luar sana yang menunggu kita. Masih ada banyak," kata Orton seperti diberitakan Daily Mail.
Berdasarkan hasil riset, hantaman asteroid ini menyebabkan kenaikan temperatur sebesar 4 kelvin hingga 42 kilometer di atas awan Jupiter. Jumlah itu tidak termasuk besar, tetapi terjadi di wilayah planet yang cukup luas. Gas seperti asmonia juga terlempar ke atas ketika hantaman terjadi.
Sebelumnya, Jupiter juga pernah dihantam komet bernama Shoemaker-Levy 9. Hantaman asteroid pada tahun 2009 terjadi hampir 15 tahun setelah hantaman komet sebelumnya. Tahun 2010 lalu, astronom mengetahui ada dua hantaman akibat komet yang terjadi di Jupiter.
"Saya tidak percaya saat melihat sendiri kilatan cahaya itu," kata Wesley seperti yang diberitakan Associated Press.
"Bola api itu berlangsung sekitar dua detik dan sangat berkemilau," lanjut Wesley.

Dia dikenal sebagai seorang pemrogram komputer yang juga reputasi bagus di kalangan para astronom profesional karena hobi memantau benda-benda di luar angkasa. Maka, setelah mengabadikan peristiwa itu, Wesley segera memberitahu para profesional dan juga sesama pemantau amatir.

Penemuan Wesley itu dibenarkan oleh sesama astronom amatir di Filipina. Menurut kalangan ilmuwan, berdasarkan kilau cahaya yang tidak berlangsung lama dan tiadanya bekas tubrukan, benda yang menghantam Jupiter itu kemungkinan adalah meteor. (ar/vs/km) www.suaramedia.co